08 Mei 2008

Seko: Perlu Langkah Strategis

A. Mangoting

Mencermati perkembangan yang ada di Seko dalam soal pembangunan maka ada beberapa catatan kecil yang meski kami sampaikan, walaupun kami bukan orang Seko tetapi dalam beberapa hal, kami sudah diterima sebagai salah seorang “warga Seko”. Untuk itu, mohon perkenan untuk beberapa informasi dari kami sesuai pengamatan di lapangan, juga dalam serangkaian pembinaan dan diskusi yang kami lakukan selama tiga kali kunjungan ke Seko pada tahun 2007.
Pertama, Kalau kita cermati, mungkin memang soal jaringan HP yang ingin masuk ke Seko, menurut analisis saya di lapangan, memang akan menjadi sebuah “bencana” bagi masyarakat Seko. Memang hal yang amat mendesak untuk dibangun adalah sarana jalan.
Kedua, Masyarakat Adat Seko harus berdaulat di tengah-tengah masyarakat di Indonesia. Untuk itu, perlu pengembangan dan pembangunan di sekitar masyarakat adat Seko, sehingga orang Seko bernar-benar-benar dapat eksis dalam perkembangan yang ada dan tidak tergusur dari kampung halamannya. Masyarakat Adat Seko sudah diakui pada tahun 2004 tetapi penguatan ke arah itu, itulah yang menjadi sebuah pekerjaan berat.
Ketiga, Masalah HPH. Pada tahun 1996, kami sudah meneliti mengenai banjir yang dialami oleh masyarakat di Malangke dan sekitarnya. Kesimpulan kami, semua itu akibat dari penebangan kayu di hutan secara membabi buta dan dampak hal itu masih terasa hingga sekarang. Belum lagi kerugian lain. Perusahaan HPH ini jugalah yang “mencuri” kekayaan orang Seko dan merusak masa depan, termasuk dampak langsung ke daerah sekitarnya termasuk Mamuju. Belum lagi perkebunan yang akan dibuka di Seko. Bahkan sejumlah data yang kami peroleh, sudah ribuan HA tanah Seko bukan lagi orang Seko yang memilikinya. Banyak orang luar yang masuk mengkapling tanah di Seko.
Keempat, soal jaringan HP yang akan masuk, ini juga merupakan salah satu stategi bisnis untuk mengeruk keuntungan dari masyarakat Seko. Mungkin memang kerugian lebih banyak dcari keuntungan. Tergantung bagaimana masyarakat menyikapi dan menggunakan teknologi itu. Persoalan ini tentu, mau atgau tidak mau, siap atau tidak siap, tetapi persoalan sekarang bagaimana menyiapkan masyarakat menyikapi perkembangan dan lompatan atau kilat pembangunan yang akan dialami oleh masyarakat Seko.

Persoalan paling berat
Persoalan yang paling berat adalah bagaimana mendampingi saudara-saudara kita di Seko untuk menghadapi kehidupan ini, sehingga mereka mampu eksis dan tidak tergilas oleh pembangunan termasuk kilat pembangunan yang akan dialami mereka.
Jadi kalau kita tidak mampu mengadakan pendampingan dalam menghadapi persoalan sekaligus peluang , maka masyarakat di Seko akan korban.
Kita butuhkan langkah-langkah kecil dan sederhana tetapi kalau dapat, kita sedikit berlari dalam soal pendampingan sehingga korban dari pembangunan dapat diperkecil.
Marilah kita mengambil peran sekecil apapun dalam rangka mengantisipasi persoalan yang akan dihadapi oleh masyarakat Seko.
Jadi kita butuhkan langkah strategis. Kalau setiap kita dapat mengabil peran, maka tentu persoalan-persoalan itu akan semakin kecil, dan yang muncul adalah peluang dan buah-buah yang berguna bagi kita semua.
Siapa lagi kalau bukan kita !!!

Tidak ada komentar: