05 Mei 2008

Mahir Takaka: Tentang HP di Seko

Dear kawan-kawan Seko dkk yang baik,

Menarik sekali dengan tulisan dari Set Asmapane. Dalam dunia yang semakin modern ini kita harus mampu menunjukkan bahwa Masyarakat Adat Seko harus mampu untuk:

1. BERDAULAT SECARA POLITIK dalam arti bahwa kita harus mengembalikan otonomi asli masyarakat adat Seko dengan menghidupkan lagi musyawarah adat sebagai demokrasi tertinggi. Kita sudah lama kehilangan yang namanya Mukobu (Umumnya dilakukan di Seko Padang), Mukobo (umumnya dilakukan di Seko Tengah) dan Ma’bua Kalebu/Kombongan/...??? (umunya dilakukan di Seko Lemo). Dengan musyawarah adat inilah yang menjadi roh masyarakat adat Seko sehingga sekarang ini kita masih eksis. Namun masalah dan tantangannya adalah kita sudah hampir melupakannya sehingga tidak jarang konflik yang terjadi sudah tidak mampu lagi kita selesaikan. Saya sangat yakin kalau demokrasi tertinggi ini kita bangkitkan dan kita revitalisasi kembali Seko akan menjadi masyarakat yang mampu mengelola semua sumber daya yang kita miliki yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun-temurun. Pemerintahan Adat harus kita kembalikan dengan semangat SK Bupati Luwu Utara No. 300/2004 tentang Pengakuan Keberadaan Masyarakat Adat Seko. Demikian halnya beberapa perundang-undangan yang bisa dijadikan sebagai rujukan (UUD 45 pasal 18B ayat 1 dan 2, dll). Untuk itu saya meminta dukungan kawan2 untuk memberikan kontribusi mengenai hal ini. Posisi tawar kita dalam ranah politik kita hampir tidak memiliki kekuatan. Sudah berapa kali PEMILU yang diikuti oleh Orang Seko namun tidak mampu kita menghasilkan kader-kader politik yang mampu memperjuangkan pengakuan hak-hak masyarakat adat Seko. Apalagi dalam konteks mendorong alokasi pembangunan yang berkeadilan bagi masyarakat adat Seko.

2. MANDIRI SECARA EKONOMI, kita “masyarakat adat Seko” sangat melimpah ruah dengan potensi sumber daya alam namun kita tidak pernah mandiri secara ekonomi. Kita punya hutan adat namun yang merasakan manfaatnya adalah justru orang luar. Saya yakin kawan2 masih ingat bagaimana HPH PT. KTT mengangkut kayu2 dari wilayah adat kita. Termasuk pohon damar yang nenek moyang kita tanaman demi untuk anak cucunya. Dengan pengalaman ini, mari kita mendorong sebuah penyadaran kritis untuk menengok kembali potensi sumber daya alam lainnya yang juga sudah dilirik oleh prang luar. Kita juga sudah mendengar adanya rencana Eksplorasi Tambang di Seko yang diawali oleh PT. North Mining dan sekarang masih sedang berlangsung. Kita juga punya padang savanna yang cukup menjadi kebanggaan kita “orang bilang sebagai California ke dua” sementara kepemilikannya sudah dipihak ke tigakan oleh pemerintah ke PT. Seko Fajar sekitar 35.000 ha dan sudah sekitar 1.100 ha yang disertifikasi atas nama pribadi. Kalau semua rencana ini berjalan, kita akan kehilangan lagi dan secara hukum memang kita sudah kehilangan. Mau kemana lagi generasi yang ada saat ini dana akan cucu kita bergembala ternak (Pasang-pasang) sudah habis di ambil oleh orang luar. Kita punya hasil hutan non kayu lainnya (rotan, madu, obat-obatan, dll). Dengan pengalaman ini apa yang harus kita lakukan..............???????????



3. BERMARTABAT SECARA BUDAYA, kawan2 masih ada yang ingat bagaimana bentuk rumah, pakaian, hukum adat, tari/seni, peradilan adat. Saya sangat sedih ketika anak-anak kita yang sudah sekolah diluar dan pulang kampung dengan bangga sudah menggunakan bahasa Indonesia. Saya juga sangat sedih acara-acara tahunan yang berlangsung di Tana Seko lebih meriah dengan budaya2 luar dari pada budaya-budaya asli kita. Saya juga sedih ketika kurikulum pendidikan lokal justru yang diajarkan adalah budaya dari luar. Saya masih ingat ketika tahun 70-an, guru2 masih mengajar membuat atap dari bambu, alang-alang, sapu ijuk, dll. Saya sangat prihatin kalau kita tidak memikirkan untuk mencari langkah-langkah memperkuat kembali budaya asli Seko, kita akan kehilangan budaya. Saya juga sedih ketika membaca buku tulisan dari Andriani (peneliti dari Belanda) yang melakukan penelitian di Seko dan berhasil mengumpulkan ada 11 macam ukiran yang khas di Seko tapi saat ini klita tidak menemukannya lagi termasuk rumah asli.

Atas renungan ini, saya tidak bermaksud menggurui kawan2 namun ini saya sampaikan sebagai bagian dari berbagi rasa dan semoga mampu menggugah.


Mengenai rencana pembangunan tower HP di Seko, saya hanya melihat dari segi positifnya saja. Dengan dunia modern dimana globalisasi menjadi raja, memang kita tidak bisa menghindarinya. Saya melihat dengan rencana pembangunan sarana telekomunikasi di Seko justru akan mampu mendukung konslidasi antara orang Seko yang ada di luar/rantau dengan keluarga yang masih berkomitmen untuk tinggal dan mempertahankan hak-hak masyarakat adat Seko.


Hal-hal lain adalah sudah saatnya kita merebut seluruh sumber daya yang masih kita miliki untuk mempertahankan wilayah adat kita.


Salama’



Mahir Takaka

Hp. 08111103798

Email: mtakaka@aman.or.id / mtakaka@telapak.org / mtakaka2003@yahoo.com

Tidak ada komentar: