02 November 2009

GBI di Seko

HASIL SURVEI SEKO (Program Adopsi Seko)
http://www.misi-pelmasgbi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=17:hasil-survei-seko-program-adopsi-seko&catid=10:news&Itemid=4.

1. Pengantar
Sesuai dengan keputusan Sidang Sinode GBI yang ke 14 bahwa GBI akan meengadopsi masyarakat Seko-Luwu Utara Sulawesi Selatan, maka Departemen Misi dan Pelayanan Masyarakat telah melakukan survei pada bulan Pebruari 2009 dan hasilnya sebagai berikut:
Jalan dan Transportasi
Ditempuh dari Makasar-Palopo-Sabang terus ke Seko dengan perjalan sebagai berikut:
Dari Sabang ke Seko selama 2 hari 1 malam pada musim hujan dengan ongkos rp. 500.000/ojek dengan jarak tempuh 125 km. Bila musim kering hanya ditempuh dengan 6 jam dari Sabang ke Seko.
Dari Sabang melalui Jalan KTT ke Seko 75 km. Dapat ditempuh dengan motor selama 1 hari perjalanan. Jalan ini lebih dekat ke Seko tapi terlalu terjal sehingga jarang digunakan.
Dengan Pesawat dari Masamba ke Seko hanya ditempuh dengan 20 menit setiap hari Selasa dan Kamis. Kapasitas pesawat 18 orang dengan harga tiket rp. 150.000/orang. Tetapi sekarang pesawat sudah tidak terbang lagi ke Seko. Apabila ada penerbangan lagi akan diberitahukan kepada kita di Jakarta.
Dari Kecamatan Limbong (Rongkong) ke Seko hanya dapat ditempuh dengan kuda dan jalan kaki selama 3 hari 2 malam. Dari Seko Padang – Seko Tengah- Seko Lemo dapat ditempuh dengan jalan kaki, kuda, dan ojek dengan jarak tempuh 30 – 65 km. Perdagangan dapat dilakukan dengan sistim barter dan juga dijual ke kota dengan transportasi motor, kuda dan pikul sendiri hasil pertanian ke Rongkong, Sabang, dan Kalumpang Mamuju.
Sejarah Seko
Sebutan Seko tidak ada dalam peta Indonesia. Istilah Seko dalam bahasa setempat berarti saudara/ sahabat/ teman. Masyarakat Seko adalah sub Suku Tana Toraja yang berdiaspora ke Seko sekitar tahun 1700. Kemudian mengalami perubahan sosial mendasar sejak tahun 1920-an dengan masuknya agam Kristen, sekolah, ekonomi pasar, dan administrasi kolonial Belanda dan disusul pendudukan militer Jepang. Tahun 1951 terjadi gerakan DI/TII terhadap masyarakat Seko akibatnya banyak orang Kristen dibantai dan dipaksa masuk Islam. Akibat lain adalah pengungsian berserakan/ berdiaspora ke Mamuju, Palopo, Toraja, Makasar, Palu dll. Tanggal 3 Pebruari Kahar Muzakar terbunuh oleh operasi TNI Sulawesi Tenggara dan setelah itu masyarakat Seko kembali membangun Seko yang adalah bagian dari Kec. Limbung dan pada tahun 2005 dimekarkan menjadi kecamatan Seko dengan kota Eno di Seko Padang.
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
Luas wilayah Seko Sekitar 2.109, 19 km2, hutan 208,811km2 (hutan lindung 105. 849 km2 dan hutan produksi 102. 962 km 2, luas padang 95.000 Ha) dan penduduk kira-kira 5.620 kk terdiri dari 17.000 jiwa lebih dan 99’5 hidup sebagai petani
Geografis
Seko terbagi 3 bagian: Seko Lemo, Seko Tengah, dan Seko Padang. Secara Hukum Adat terdiri dari 9 wilayah, yaitu Singkalong, Turong, Lodang, Hono, Ambalong, Hoyane, Pohoneaang, kariango, Beroppa’. Wilayah adat Kariango dan Beroppa’ berada di Seko Lemo. Wilayah adat Ambalong, Pohoneang dan Hoyane berada di Seko Tengah. Wilayah adat Hono’, Lodang, Turong dan Singkalong berada di Seko Padang. Kecamatan Seko Padang dengan ibu kota Eno terdiri dari 12 Desa.
Gunung Kambuno di sebelah Timur dan Selatan. Maliamangan di sebelah Barat, Kasinturu di sebelah Utara.
Secara Hidrologi; daerah aliran sungai Lariang yang mengalir ke Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Daerah alirang sungai Rongkong yang mengalir ke Sulawesi Selatan.
Flora dan Fauna, Fragerae, aghatis (damar), Elmerila Sp, Palaguium Sp, Casuarina Sp, Magivera indica, Ficus Sp, Loganiaceae, Araucariaceae, Magnoliaceae, Sapoteceae, Casuariniceae, Moraceae. Jenis kayu yaitu kayu Uru, gaharu, Kalapi, Damar, Ulin, kayu Besi, Tahi, kadingnge, Tarian, Bitti, Hulante, Jenis non kayu yaitu Rotan Kodo, Tuhosmahu, Manoko, Tariang, Kuratung, Pubakiang, Karuku, Madun Karuku, Sikuntaa. Jenis tumbuhan yaitu Angrek, Bambu, Durian, Langsat, Enau dan berbagai jenis Palem. Jenis fauna yaitu monyet, elang, anoa, lintah, tawon,/ lebah, ular, babi hutan, biawak, tangkasi, kus-kus, wallet, kelelawar, maleo.
Pertanian
Rata-rata Seko Padang beternak kerbau, sapi, kuda, unggas, padi. Seko Tengah; kerbau, kuda, sapi dan rata-rata kopi rebusta, arabika, coklat, padi, jagung. Seko Lemo kopi dan padi. Rata-rata bercocok tanam secara tradisional.
Pendidikan dan Kesehatan
Jumlah sekolah: TK:1 bh. SDN: 23 bh. SMPN 5 bh. SMAN: 1 bh
Tenaga guru dan fasilitas belajar terbatas
Rumah sakit dan tenaga medis terbatas
Pengobatan tradisional
Kampung Baru Desa Padangbalua kesulitan air bersih
Belum ada wc dan kamar mandi umum dan wc keluarga yang layak
Keparawisataan
Pemandangan alam indah (ekowisata) dengan perbukitan, gunung, sungai.
Ada sumber air panas
Situs Hatu Rondo (batu ukiran) zaman Belanda
Situs manusia raksasa “Talangbia”, yaitu batu lesung, tungku, gua tempat tinggal dll.
Seluruh masyarakat adat Seko berkumpul pada bulan Agustus setiap tahun di Seko Padang untuk melaksanakan perayaan ucapan syukur atas panen raya/ hari perhentian dari pekerjaan dan lain-lain. Kegiatan ini dimulai dari Juli-September setiap tahun.
Seko Tradisional dan Modern
Tradisional yaitu menggunakan lesung untuk tumbuk kopi dan padi, kuda,cangkul, parang, alat peras tebu. Rumah masih adap papan, bamboo, dan daun
Modern yaitu menggunakan telepon satelit, solar sel,televisi, radio, parabola, handtraktor, mesin potong kayu,motor, generator, mesin peras tebu, mesin giling padi, rumah atap seng.
Perusahan yang hadir di Seko pada zaman Orde Baru:
PT. Seko Fajar; usaha perkebunan teh
PT. North Mining: tambang emas, tembaga dan biji besi.
PT. KTT (Kendari Tunggal Timber): usaha kayu
Semua perusahan sudah tidak beroperasi lagi
Tidak menguntungkan masyarakat Seko
Pemerintah dan LSM
Kemampuan pemerintah dalam pembangunan infrainstruktur lemah
Belum ada orang Seko yang memerintah sebagai camat (menurut pengakuan pejabat pemerintah setempat).
Sekitar 9 orang calon anggota legeslatif yang daerah pemilihannya Seko dan orang Seko hanya 1 orang.
Lembaga pendamping; AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) Sulawesi Selatan. Yayasan Ina Seko 2. Masalah prioritas menurut sektor
1.Jalan
Jalan yang rusak berat mengakibatkan semua kegiatan pembangunan, pelayanan masyarakat, pengembangan hidup, dan pemenuhan kebutuhan berjalan lambat
2. Pendidikan
- Fasilitas belajar dan tenaga guru terbatas.
- Masyarakat belum mampu membiayai anak-anak lulusan SMP untuk studi lanjutan ke SMA di kota.
Peredaran uang sulit di kalangan masyarakat karena perdagangan dengan menggunakan sistim barter
3. Air Bersih
- Masyarakat Kampung Baru Desa Padangbalua Seko Padang kesulitan air.
- Tidak ada air di wc dan kamar mandi di fasilitas sosial (gereja dan sekolah).
- Masyarakat menderita penyakit diare pada musim kemarau setiap tahun
- Bercocok tanam di pekarangan sulit
4. Pertanian
- Tanah di Seko Padang kurang subur
- Orientasi pertanian sekedar untuk makan minum
- Teknologi dan industry kurang memadai
- Ternak sapi, kerbau, dan kuda dipelihara lepas
- Tanaman dirusak ternak
- Kualitas SDM pertanian belum optimal
- Pembinaan petani oleh instansi teknis dan PPL kurang optimal
5. Ekonomi
- Usaha ekonomi belum terarah
- Pemasaran sulit
- Kesejahteraan hidup rendah
6. Lingkungan Hidup
- Penebangan liar
- Pengundulan bukit
- Erosi pada lahan pertanian
- Pendangkalan air sungai
3. Strategi Kebijakan Terhadap Aspek-aspek Kebutuhan di Kecamatan Seko
Membangun jalan 71 km dari Kecamatan Limbong (Rongkong) ke Kecamatan Seko. Pemerintah sedang membangun jalan dari Sabang ke Limbong (Rongkong) dengan anggaran 1 milyard untuk 1 km pengerasan jalan.
Memberikan bantuan transportasi motor kepada para gembala jemaat guna memperlancar pelayanan dan persekutuan antara hamba-hamba Tuhan
Membiayai anak-anak Seko yang telah lulus SMP untuk melanjutkan studi ke SMA di kota Palopo dan kota-kata lain dan pengadaan asrama (graha asuh) penampungan bagi mereka
Membiayai anak-anak Seko untuk belajar di ITKI Jakarta, IPDN dan jurusan lain yang dipilih sesuai kemampuan
Membangun proyek pipanisasi air bersih di Kampung Baru Desa Padangbalua Seko padang.
Pengadaan telepon satelit di Seko guna memperlancar komunikasi pelayanan antara daerah dan pusat
Memberikan pendidikan dan pelatihan secara khusus bagi pelayan Tuhan dan guru-guru Sekolah Minggu
Mengadakan KKR dan pembinaan iman pada bulan Juli –September setiap tahunnya karena pada bulan Agustus masyarakat berkumpul di kota kec. Seko Padang untuk mengadakan perayaan keselamatan/ ucapan syukur
Membantu pembangunan 4 gereja perintisan di Seko Padang, 2 gereja di Seko Tengah, dan 1 gereja di seko Lemo
Pengadaan alat musik gereja
Pengadaan Alkitab dan buku-buku rohani dan buku-buku teknis
Mengadakan pendidikan dan pelatihan kepada para petani

Sumber Data: hasil kunjungan Pebruari 2009

1 komentar:

Gimich Pasande mengatakan...

Siapa sebenarnya pimpinan umum OPR seko yang sebenarnya...Tolong di telusuri kembali agar sejarah pengusian rakyat seko di makki tetap pada fakta yang sebenarnya.