09 Januari 2009

Mengenai Jemaat Seko

VICARIYA YAHYA BOONG mengatakan...

Eehmm..saya juga setuju dengan Sdr. Set Asmapane tentang keadaan di Seko. Saya juga orang Seko tapi saat ini kuliah di UPH Surabaya, jurusan Hukum. Jujur saya belum pernah injak Seko, semenjak saya lahir. Tapi pengetahuan saya tentang Seko cukup banyak juga. Saya mau sedikit melarat komentar Sdr. RWM Bethony Boong tentang perhatian BPS dan BPS Wilayah I Luwu (Gereja Toraja) ke Seko yang katanya tidak ada. BPS dan BPSW I Luwu itu sudah berusaha sebaik mungkin untuk menanggulangi problem yang ada di Seko. Bapak saya (Pdt Yahya) itu punya jadwal perkunjungan ke Seko bersama dgn Pdt lainnya, jadi siapa bilang BPS tidak ada perhatian sama sekali ke Seko, padahal BPS selalu rapat loh tentang problem di Seko. Ayah saya, Pdt Yahya, orang Seko asli yang tak mungkinlah tega lihat kampung halamannya begitu. Dan letak problemnya juga bukan hannya pada pelayannya tapi juga jemaat di sana dengan adanya perpecahan. I thought we have to think critically.



Salam

1 komentar:

RWM Boong Bethony mengatakan...

Salam hangat dari Perantauan.

Saya senang di beberapa kota di jawa tersebar pelajar-pelajar Seko, termasuk cici di Surabaya.

Adik Cicic terimakasih untuk postingannya di Blog toseko.
Diskusi soal pelayanan GT di Seko sebenarnya sudah berlangsung dari tahun 90-an.
Dan apa yang ditulis di halaman sebelumnya adalah refleksi atas semua usulan-usulan yang pernah di diskusikan oleh orang-orang Seko Perantauan termasuk dengan Pdt. Yahya Boong dan para pendeta GT yang berasal dari Seko.
Ada beberapa hal yang ketika itu menjadi solusi untuk penempatan Pdt.GT diseko.
Pertama : Menempatkan Pdt.GT non orang Seko, dan beberapa Putra-putri Seko diaspora membantu pengganjian tenaga pelayan tersebut.(Ini terealisasi 'hanya pada keluarga Pdt.Amos Sabuntu dan Pdt.Rosmani)
Kedua, menempatkan Vikaris di seko.
Ketiga, bersamaan dengan itu Pdt. Y.Boong terpilih sebagai ketua BPS Wilayah Luwu dst. Tentu ini amat menggembirakan.
Dalam Beberapa kali perkunjungan ke Seko (terakhir 2007) Saya dan Pdt. Y.Boong berdiskusi soal itu.
Kebetulan, kami (saya dan Pdt Y.Boong) bertemu dengan ketua BPS dan Sekretaris BPS GT di Masamba. Dan sekali lagi meminta Komitmen GT untuk sunggug-sungguh memperhatikan persoalan di Seko. Terutama mengenai beberapa jemaat yang terpecah karena persoalan-persoalan yang sebenarnya amat sederhana (dan persoalan itu akan cepet selesei bila ada tenaga yang memadai di tempatkan di Seko).
Seko memiliki kurang lebih 37 Jemaat Gereja Toraja besar-kecil dengan tenaga pelayan yang hanya 3 orang.
Sampai sekarang ini masih menjadi persoalan dan harus sungguh-sungguh di perhatikan baik oleh BPS Wilayah Luwu pun oleh BPS Pusat di Rantepao.
Saya tahu dari percakapan dengan Pdt. Y Boong awal tahun 2009 ini bahwa, Ketua BPS Wilayah Luwu baru pulang dari Seko dan sempat mengalami accident karena pulangnya naik motor. Itu Pertanda bahwa BPS Wilayah Luwu (yg ketuanya orang Seko) sangat memperhatikan wilayah pelayanannya.
Pertanyaan Kritis kemudian adalah, bagaimana bila (mengingat Tata Gereja Toraja soal ketua BPS, hanya boleh dua kali) bukan lagi orang seko yang jadi ketua BPS Wilayah Luwu???????
Saya kuatir Seko akan terbengkalai kembali, seperti sebelum orang seko jadi ketua BPS Wilayah Luwu.
Bagiaman pun, saya senang Cici ada perhatian untuk Seko....
Kalau sempat kunjungi http://www.tondokseko.blogspsot.com

Untuk Kanda Pak Dion, Trimakasih.
Salam hangat dari Perantauan.
TUHAN MEMBARKATI.