Seko, Negeri Para Martir Kristen
Daftar Martir Kristen Seko
Zakaria J. Ngelow
Dalam khotbah di Gereja Toraja,
Jemaat Eno, Seko Padang, pada Hari Minggu Prapaskah III, 4 Maret 2018, saya
menyebut Kekristenan di Seko sebagai “Kekristenan di Negeri Para Martir”.
Sebagaimana dicatat dalam buku Masyarakat Seko Pada Masa DI/TII (1951-1965),
lebih seratus orang Seko dibunuh pada masa pendudukan DI/TII, termasuk Ds.
Pieter Sangka-Palisungan, Pendeta Gereja Toraja Resort Rongkong dan Seko, pada
bulan Oktober 1953 bersama beberapa martir lainnya di daerah Malangke (kini
bagian Kab. Luwu Utara).
Di antara para martir Seko dapat
dicatat waktu, tempat dan nama-nama mereka di bawah ini. Kebanyakan mereka
hanya dikenal nama kecilnya, tidak diperoleh nama baptis. Masa itu juga belum
banyak orang Seko yang memakai nama keluarga.
Dua yang pertama. Pembunuhan
pertama pada bulan Februari 1953 atas dua orang Beroppa di Rongkong (kampung
Limbong?), yaitu:
1. Kele (Ambe’ Kondong) dan
2. Sassi’ (suami Indo’ Ritte’).
Korban-korban berikutnya
setelah itu adalah,
3.
Bangkung, seorang remaja, yang ditembak pada
bulan September di Kasimpo, dekat Beroppa, karena ikut kelompok yang melarikan
diri.
4.
Sayang, seorang pemuda bernama asal Seko Tengah,
dibunuh dan dikubur di jembatan Longa pada bulan September 1953.
Antara tahun
1953-1954 beberapa orang beriman lainnya dibunuh gerombolan DI/TII di Seko
Tengah, yaitu:
5.
Emor Pangemanan (guru asal Minahasa, kakek Pdt
Wilson Budiawan Pangemanan), mayatnya digantung di jembatan Sae (dekat Amballong),
dan
6.
Pepa' (kakek Pdt Topan Pepa), bersama
7.
Ruung (seorang perempuan, ikut Seinendan pada zaman Jepang). Pepa’ dan
Ruung berusaha menolong sejumlah perempuan yang suaminya sudah mengungsi, untuk
melarikan diri ke tempat pengungsian suami mereka.
8.
Sambeang Kalambo, putra sulung Tomokaka (Kepala
Adat) Beroppa', juga dibunuh di Longa, dengan diseret kuda.
Delapan martir di Pohoneang.
Pada hari Minggu, tanggal 27 September 1953 gerombolan DI/TII menghukum mati
dengan memancung delapan orang pemuda Seko di Pohoneang (Seko Tengah), yang
ditangkap karena berusaha meninggalkan Seko ketika dipaksa masuk Islam. Mereka
dipancung disaksikan masyarakat Seko dari berbagai kampung, yang dipaksa
gerombolan DI/TII datang menyaksikan eksekusi itu. Diperoleh informasi bahwa
keluarga para korban dengan dukungan Gereja Toraja Klasis Seko Embonatana telah
mendirikan suatu monumen di Pohoneang untuk kedelapan martir itu. Mereka
adalah:
1. Ello’,
2. Koti.
3. Panunda,
4. Saleno’,
5. Tehong,
6. Tilangka’,
7. Tumonga,
8. Tungga’.
Korban lain setelah itu di
Seko Tengah:
1.
Bonga Palindang – dibunuh di Pasiriang, dekat
Longa; mayatnya dihanyutkan di Sungai Betue.
2.
Kaba – seorang tua, petani, dibunuh di belakang
rumahnya di Longa.
Para martir dari Seko Padang,
1954, 1956:
1.
Hibeto’ asal Singkalong, dibunuh di Po’ Bangka,
dekat Lantang Tedong.
2.
Hikoro, wakil Kepala Kampung Singkalong, dibunuh
di Mehire, dekat Kariango, karena melarikan diri dari Beroppa’.
3.
Amanna (ayah) Tahureke,
4.
Tahureke, dan
5.
Takossi’ (3-5 dibunuh di Malaling (antara Busak
dan Hono), dekat Sungai Lodang)
6.
Sabbara’, asal Busak, dibunuh di Bengke;
7.
Toja’, dibunuh di Busak.
8.
Hirindu,
9.
Dombo,
10. Toddo’
dan
11.
Pai (isteri Toddo’); 8-11 berasal dari
Singkalong, ditangkap dan dibunuh ketika berusaha mengungsi ke Kalamanta
(Sulawesi Tengah) pada tahun 1956.
Guru Injil dan 16 korban di
Beroppa. Pada bulan Februari 1953 Pallai (Ambe’ Kaju) melarikan diri dari
Beroppa’, namun kemudian ditangkap dan ditembak mati di hadapan masyarakat
Beroppa’. Pada bulan Juni tahun 1954 gerombolan menghukum mati Guru Injil
Paulus Rapa’ bersama delapan orang lain di Beroppa’, yang ditangkap di hutan
karena melarikan diri. Mereka adalah:
1.
Paulus Rapa’ (Guru Injil)
2.
Otniel Osi’
3.
Pento’
4.
Po’ Losang
5.
Ongko
6.
Saleka
7.
Kodji’
8.
Tammemu’
9.
Ambe’ Kafutu
Yang sebelumnya sudah terbunuh
ditembak gerombolan DI/TII di hutan itu ada tujuh orang, yaitu:
10. Ambe’
Nganjak
11.
Wolter Bethony (balita)
12. Indo’
Nareng
13. Russa’
14. Liana
(balita)
15. Barubuk
16. Podi’
(gadis remaja 10-12 tahun) tersesat lebih 40 hari di hutan bersama sepupu
sebayanya Reni Takudo. Keduanya ditemukan masih hidup tetapi Podi’ meninggal
tak lama kemudian.
Sebelas syuhada pertempuran di
Longa. Pada bulan September atau Oktober 1954 gugur sebelas putera Seko
dalam pertempuran melawan gerombolan DI/TII di Longa. Mereka adalah:
1.
Lika
2.
Mallopi’
3.
Okko
4.
Penusuk
5.
Sungkilang (=Sukkilang)
6.
Tamare’
7.
Tambaru
8.
Tambolang
9.
Tasa’
10. Tata’
(Kalaha’)
11.
Ambe’ Tiangnga’
Kemudian dua orang anggota
pasukan pemuda Seko terbunuh, masing-masing
1.
Kasu - gugur pada awal 1955 ketika bertugas
piket di antara Beroppa - Kariango, dan
2.
Patakka’ - gugur pada bulan Maret 1955 dalam
penghadangan gerombolan DI/TII di Mapo' (wilayah Kalumpang).
Kepala Distrik, Proponen dan
Tiga puluhan martir di Haunghulo-Lodang. Pada bulan Februari atau Maret
1963 gerombolan DI/TII menangkap dan membunuh Herman Batu Sisang, Kepala
Distrik Seko di Pengungsian (mengungsi di Omu’, Sulawesi Tengah), bersama 32
orang rombongannya. Mereka sengaja berkunjung di masa damai (ceasefire) antara
TNI dengan DI/TII. Di kampung Haunghulo 18 orang dibunuh lalu dimasukkan ke
dalam tiga lubang, dan di kampung Lodang 15 orang dibunuh dan dimasukkan ke
dalam dua lubang berisi sembilan orang (Kepala Distrik H.B. Sisang dkk), dan
enam orang di lubang yang lain. Informasi yang diperolah kemudian bahwa mereka
dibunuh pada pagi hari dan di salah satu rumah ada yang masih menawarkan makan
sahur kepada beberapa korban. Kalau benar terjadi menjelang lebaran tahun 1963,
maka kejadiannya pada bulan Februari. Dalam kalender Masehi tahun 1963 Idul
Fitri pada tanggal 26-27 Februari. Mereka yang dibunuh adalah:
1.
Herman Batu Sisang (Kepala Distrik)
2.
Titus Tombang (Juru tulis Kepala Distrik)
3.
Jakob Ngali’ Batto’ (Proponen Gereja Toraja)
4.
Tasi’ Sisang (Guru Jemaat, Kepala Kampung Ledo)
5.
Barnabas Kaliputu
6.
Barrena
7.
Birri’ (Amanna Saripa)
8.
Darisan
9.
Daro
10. Dette
11.
Doa’
12. Johanis
Kalang
13. Kasong
14. Kosi’
15. Lambanang
16. Lemo
17. Lori
18. Luther
Assa’
19. Mani’
20. Maro
21. Marthinus
Panandu
22. Matius
Jokkok
23. Nombe
24. Parapa’
25. Poppanda
Lekke’
26. Rattena
27. Sadi’
28. Tapandu
29. Tappu
Sulo’
30. Taruk
31. Tata’
32. Terang
33. Tonde’
Beberapa korban lain setelah
pembunuhan rombongan Kepala Distrik Seko di Haunghulo dan Lodang:
1.
Peung – ditembak gerombolan DI/TII di Kare’pak,
Rantedanga’, pada tanggal 31 Maret 1963.
2.
Indo’ Dui – seorang nenek tua yang ditemukan
hangus dalam pondoknya yang dibakar gerombolan DI/TII di Kare’pak, pada tanggal
31 Maret 1963.
3.
Mali’ – anggota pasukan Seko yang piket di
Pessintojangan ditembak gerombolan DI/TII pada tanggal 19 April 1963.
4.
Tarundu’ – anggota TNI Yon 758 asal Seko yang
berlibur dari kesatuannya di Toraja, dibunuh gerombolan DI/TII di Buntubai (Rongkong)
pada tahun 1963.
Selain monumen untuk delapan martir
Seko di Pohoneang, para martir lainnya belum dibuatkan monumen. Sebaiknya juga
di Beroppa dan di Haunghulo-Lodang didirikan monumen sebagai tanda bahwa
Kekristenan di Tanah Seko didirikan di atas darah para martirnya. Tertulianus
(kl. 155-240), salah seorang Bapa Gereja, yang hidup di masa awal Kekristenan
yang penuh penganiayaan dan pembunuhan orang beriman, menyatakan: Darah para
martir adalah benih gereja.
Rujukan:
Catatan di atas berdasarkan naskah
Zakaria J. Ngelow, “Daftar Korban yang terbunuh pada Masa Gerombolan DI/TII di
Seko (1953-1965)”, dalam Zakaria J. Ngelow & Martha Kumala Pandonge (eds),
Masyarakat Seko Pada Masa DI/TII (1951-1965). Makassar: Yayasan Ina Seko, 2008,
hh. 203-209. Daftar disusun berdasarkan informasi lisan dari sejumlah nara
sumber, dan setelah dicek, dimuat dengan catatan “tetap terbuka untuk dikmoreksi”. Sejak penerbitan belum
ada fihak yang mengoreksi daftar yang ada. Daftar memuat semua nama yang
dibunuh atau gugur selama masa gerombolan, beberapa di antaranya beragama
Islam. Dalam catatan ini, hanya yang beragama Kristen yang dicantumkan,
sejumlah 96 orang.
Makassar, 9 Maret 2018
Zakaria J. Ngelow
-
lahir di Beroppa, Seko tahun 1952
-
studi teologi dan mendalami Sejarah Kekristenan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar